Penyidik Polda Metro Jaya
akan mendalami kemungkinan adanya korban lain dalam kasus pelecehan
seksual terhadap salah satu siswa TK di Jakarta International School.
Kepala
Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto
mengatakan, pihaknya juga akan mendalami perilaku dari petugas
kebersihan dan petugas lain di sekolah internasional tersebut. Hal itu
dilakukan terkait dugaan adanya pelaku lain dalam kasus pelecehan
seksual terhadap AK (6).
"Pendalaman tentang perilaku-perilaku
petugas di situ (JIS) sedang diupayakan disortir. Apa ada yang lain yang
punya penyakit psikis dan apakah ada korban lainnya di lingkungan
sekolah," ungkap Rikwanto dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya,
Selasa (15/4/2014).
Sebelumnya diberitakan, polisi menyatakan
bahwa pelaku memiliki gangguan psikis. "Tersangka adalah penjaga toilet.
Mereka memang punya penyakit psikis," ujar Rikwanto.
Dalam kasus
ini, penyidik Polda Metro Jaya sudah menetapkan tiga orang sebagai
tersangka. Dua tersangka pria, yakni AI dan VA, langsung ditahan,
sementara tersangka lain, AF (perempuan), tidak ditahan karena tidak ada
cukup bukti.
Menanggapi kasus ini, pemerhati anak Seto Mulyadi
mengatakan, lingkungan sekolah seharusnya menjadi tempat "teraman" bagi
seorang anak mengikuti kegiatan pendidikan.
Seorang pelajar berinisial AD (16) ditangkap tim Cyber Crime Kepolisian Daerah Jawa Timur pada 2 April 2014.
AD
yang masih duduk di bangku kelas XI salah satu SMK di Sangatta Utara,
Kutai Timur, Kalimantan Timur, diduga telah menjadi peretas (hacker) yang berhasil membobol dua perusahaan besar di Jawa Timur dan Yogyakarta.
Berita
penangkapan tersebut baru tersiar setelah keluarga AD merasa gelisah
dengan kondisi AD yang kabarnya berpindah-pindah tahanan selama dibawa
oleh tim Cyber Crime Polda Jatim.
“Adik saya ditangkap Polda Jatim, tapi saya masih tidak percaya dengan tuduhan dari kepolisian. Katanya adik saya adalah hacker
yang memiliki jaringan internasional. Padahal di rumah tidak ada
komputer, apalagi internet,” kata MA, kakak AD yang merupakan warga
Sangatta, Selasa (15/4/2014).
Berita penangkapan tersebut
dibenarkan Kepala Reskrim Kutai Timur, AKP Yogie. Menurut dia, melalui
koordinasi dengan Polres Kutim, tim Cyber Crime Polda Jatim berhasil
menangkap AD di rumahnya pada 2 April lalu.
“Iya, Polda Jatim
sudah lebih dulu berkoordinasi dengan kami. Kami hanya bertugas
menunjukkan lokasi dan alamat si AD,” kata Yogie.
Yogie
menjelaskan, persoalan AD memang tidak masuk ranah Polres Kutim.
Pasalnya, dua perusahaan yang dibobol AD bertempat di Jawa. Polres Kutim
hanya bertugas sebagai penunjuk arah.
AD diduga berhasil
menembus rekening kas dua perusahaan besar, yaitu Indo Abadi Sari Makmur
(Indosar) Jatim dan Citos di Yogyakarta.
Ayah AD bekerja sebagai tukang ojek anak sekolah di Kutim, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga.